KONSEP ILMU DALAM ISLAM
KONSEP ILMU DALAM ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang masalah
Ilmu
adalah suatu yang sangat menonjol dalam agam Islam, hal ini dapat
dilihat dalam Hadist maupun dalam Al-Qur'an, disana banyak sekali
ungkapan afala
tatafakkarun, hal ini menunjukkan bahwa manusia diwajibkan untuk mengembangkan ilmu baik ilmu agama maupun ilmu sosial. Bahwa orang yang berilmu dan orang yang tidak dalam islam kedudukannya sangat berbeda jauh
tatafakkarun, hal ini menunjukkan bahwa manusia diwajibkan untuk mengembangkan ilmu baik ilmu agama maupun ilmu sosial. Bahwa orang yang berilmu dan orang yang tidak dalam islam kedudukannya sangat berbeda jauh
Nabi
juga bersabda "tuntutlah ilmu sampai kenegeri cina". Kenapa kenegeri
cina? Karena pada masa itu cina sudah berkembang dengan pesat bahkan
sudah menciptakan kertas. Nabi menganjurkan bahwa ilmu untuk
mengembangkan agama boleh diambil dari orang selain islam asalkan untuk
mendekatkan diri pada Allah. Dan islam sebagai filter (penyaring
ilmu-ilmu tersebut).
Maka itu
bagaimankah islam itu memandang ilmu sebagai sesuatu yang pokok dalam
ajaran islam, dan mejadi sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim.
- Rumusan masalah
- bagaimana kedudukan ilmu dalam islam?
- bagaimana pandangan islam tentang ilmu?
- sebagai kholifah di bumi apakah syarat bagi manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu Dalam Islam
Islam
adalah agama yang mengutamakan sebuah ilmu, dalam islam diwajibkan bagi
setiap seorang muslim untuk menuntut ilmu kewajiban itu ditujukan oleh
individu setiap orang. Didalam hadist nabi bersabda:
طلب العلم فريضة علي كل مسلم (رواه ابن ماجه)
Hal ini juga juga dapat dilihat pada ayat pertama surat al alaq :
اقرا باسم ربك الذي خلق (العلق: 1)
Sedangkan Nabi adalah orang yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), makna iqra' diatas adalah baca dan bacakanlah, pelajari dan ajarkanlah. Para mufassirin termashur menjawab (bahwa yang harus dibaca) ialah:
- Al-Qur'an (Ibnu 'Abas, Al-Qurtubi)
- Ma
yuha
ilaika : apa yang diwahyukan kepadamu (Al-Qosimi, Al-Hanafi, Al-Andalusi dan Al-Jamal) - Ma yutla
amama-ka : apa yang ditilawatkan di depanmu, dan menyimak apa-apa yang telah ditilawatkan itu. - Ma
unzila
ilaika
minal
Qur'an : apa-apa yang telah dinuzulkan kepadamu dari al-Qur'an (Al-Qurtubi)
Selain belajar ilmu-ilmu yang termaktub dalam Al-Quran dan Al-Hadist atau biasanya disebut ayat qouliyah
(akan menghasilkan ilmu-ilmu agama seperti Fiqih, Ilmu tafsir, Akhlak,
Taswuf dan lain-lain) seorang muslim juga dianjurkan mempelajari
ilmu-ilmu yang bersifat kauniyah (kejadian-kejadian alam maupun
yang lainnya, dan akan menghasilkan ilmu-ilmu seperti ilmu atronomi,
ilmu bumi, ilmu sosial). Selain itu dalam Al-Qur'an Allah berfirman
bahwa derajat orang yang berilmu sangat tinggi melebihi seorang 'abid (orang ahli yang beribadah). Dalam Fathul Barri disebutkan bahwa: Allah meninggikan derajat orang mu'min yang 'alim dari pada orang mu'min yang tidak 'alim,
meninggikan
derajat disini menunjukkan kepada Al-Fadlu.
meninggikan
derajat disini menunjukkan kepada Al-Fadlu.
Keutamaan
disini dimaksud bahwa orang yang beribadah dengan ilmu dengan orang
yang beribadah tanpa tahu ilmunya akan berbeda nilainya dari segi pahala
yang diperoleh. Allah berfirman dalam surat al maidah ayat 11:
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات (المجادله11)
Yang artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Setelah itu pada ayat ke 4-5 pada surat al alaq:
الذي علم بالقلم , علم الانسان مالم يعلم
Disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena Ilmu dapat dicatat, dapat pula diartikan dengan sarana dan usaha. Dari ayat diatas kita dapat menjelaskan dua cara yang ditempuh oleh Allah SWT. Dalam mengajarkan manusia, pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca Oleh manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan Ilmu ladunni.
Allah melengkapi manusia dengan pendengaran, penglihatan, akal dan
hati. Jadi Ilmu dapat diperoleh dengan pendengaran penglihatan kemudian
diproses dalam fikiran sedangkan hati untuk menimbang apakah ilmu itu
dapat mendekatkan diri pada Allah atau bahkan menjauhkan.
Dalam pendidikan Islam dapat dibuktikan bahwa perintah Al-Qur'an dan
Hadist tentang menuntut ilmu tidaklah terbatas pada ajaran-ajaran syari'ah
tertentu, tetapi juga mencakup setiap ilmu yang berguna bagi manusia
bagi manusia. Untuk melakukan hal itu, harus ditunjukkan dan
didefinisikan kewajiban tujuan seorang muslim dalam kehidupan di dunia
ini. Allah melalui kitabNya Al-Qur'an telah menegaskan bahwa semuanya
akan kembali kepada pencipta. Dengan demikian tujuan manusia adalah
mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh ridho-Nya. Segala sesuatu
yang mendekatkan kepada Tuhan dan petunjuk-petunjuk pada arah tersebut
adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk medekatkan
kepada Allah, jika tidak, maka ilmu akan menjadi penghalang besar.
Jadi tujuan yang sebenarnya adalah bahwa Ilmu itu untuk medekatkan
diri pada Allah, contohnya melalui ilmu tentang bumi (bagimana langit
diciptakan) membuat kita semakin menambah keimanan kita pada Allah.
Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini
adalah sebagai kholifah. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT
membekali manusia dengan seperangkat potensi dalam artian berkemampuan
menciptakan sesuatu yang berguna untuk dirinya, masyarakat dan
lingkungannya.
Manusia diciptakan
oleh Allah untuk mejadi kholifah (wakil Allah) maka Allah melengkapi
manusia dengan fikiran, berbeda dengan malaikat yang tidak mempunyai
nafsu dan tidak diberi kemampuan (tentang ilmu). Hal ini dapat dilihat
pada surat al-Baqarah ayat 31-32. "Dia (Allah) mengajarkan pada Nabi
adam nama-nama (bend-benda) semuanya. Kemudian dia mengemukannya kepada
para malaikat seraya berfirman, sebutkanlah, "Sebutkanlah kepada-Ku
nama-nama benda itu jika memang-orang-orang yang benar (menurut
dugaanmu)." Mereka (para malaikat) menjawab, "Maha suci Allah tiada
pengetahuan kecuali yang telah engkau ajarkan. Sesungguhnya Engkau Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Ayat
diatas menjukkan bahwa Allah menunjuk manusia sebagai kholifah yang
berada di bumi (bukan dari golongan jin, dan malaikat) jadi sebagai
kholifah yang berada dibumui kewajiban bagi manusia adalah berilmu.
Fungsi
asasi hidup manusia adalah kholifah (wakil atau deputy) Allah diatas
alam ini untuk menerjemahkan, mejabarkan (merealisasikan,
mengimplementasikan, mengaplikasikan dan mengaktualisasikan) sifat-sifat
Allah yang serba maha itu dalam batas-batas kemanusiaan.
BAB III
Kesimpulan
Dalam
Islam ilmu mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Dan orang yang
berilmu diangkat derajatnya oleh Allah melebihi orang ahli ibadah.
Kesipulan dari makalah diatas:
- Dilihat dari cara memperolehnya ilmu terbagi atas: bil
kasbi dan bi
gihoiril
kasbi. - Dalam Islam ilmu digunakan sebagai saran untuk mendekatkan diri pada Allah.
- Sebagai kholifah di bumi maka kewajiban bagi manusia adalah berilmu.
REFERENSI
Chabib Thoha, syukur dan Priyono, Reformasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1996
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah ,Jakarta: Lentera Hati
Basuki dan M. miftakhul ulum, Pengantar Pendidikan Islam, Ponorogo : stain Po PRESS, 2007Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat PRESS, 2002
Komentar
Posting Komentar