perkembangan dan tokoh filsafat yunani

PERKEMBANGAN DAN TOKOH
FILSAFAT YUNANI  
A.    Filsafat Pra Socrates 
     Filsafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal munculnya filsafat. Pada waktu itu sekitar abad VI SM di wilayah Yunani muncul pemikir-pemikir yang disebut filosuf alam. Dinamakan demikian karena objek yang dijadikan pokok prsoalan adalah mengenai alam (cosmos). Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar. Darimana terjainya alam, itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka.
    Para filsuf alam tersebut tidak mempecayai cerita-cerita yang demikian, dan menganggapnya sebagai tahayul yang tidak masuk akal. Karena itulah mereka berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu dari daya pikirnya sendiri. Maka mereka pantas mendapat sebutan pemikir yang radikal, karena pemikiran mereka sampai pada akar dari alam yang dipersoalkan.
      Para filosuf yang tergolong dalam filosuf alam adalah:
1.      THALES (625-542 SM)
      Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir. Ia juga seorang ahli politik tang terkenal di Miletos. Dalam masa itu masih ada kesempatan baginya untuk mempelajari ilmu matematik (ilmu pasti) dan astronomi (ilmu bintang). Ada cerita yang mengatakan, bahwa Thales mempergunakan kepintarannya itu sebagai ahli nujum. Dengan jalan itu ia menjadi kaya raya. Pada suatu waktu dia meramalkan aka nada gerhana matahari pada bulan itu dan tahun itu. Ramalannya kena benar. Ialah gerhana matahari yang terjadi ditahun 585 sebelum Masehi. Hal ini menyatakan, bahwa ia mengetahui ilmu matematik orang babylonia, yang sangat tersohor pada waktu itu.
    Adapula yang mengatakan, bahwa Thales sangat menyisihkan diri dari pergaulan biasa. Ia berfikir senantiasa, dan pikirannya terikat pada alam semesta. Pada suatu hari Thales pergi berjalan-jalan, matanya asyik memandang keatas melihat keindahan alam langit. Dengan tanpa sepengetahuannya ia masuk terjatuh kedalam lubang. Seorang perempuan tua yang lalu dekat itu mentertawakannya sambil berkata “Hai Thales jalan dilangit engkau ketahui, tetapi jalanmu dibumi tidak engkau ketahui”. 
     Sunguhpun demikian  Thales terbilang bapak filosufi Yunani, sebab dialah filosuf yang pertama, ia tidak meninggalkan pelajaran yang di tulisnya sendiri. Filosofinya diajarkan dengan mulut saja, dan dikembangkan oleh murid-muridnya dari mulut ke mulut pula. Baru Aristoteles menuliskannya kemudian.
                                                                     1
      Menurut ketrangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah semuanya itu air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dasar segala-galanya. Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula.
      Dengan cara berfikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang senatiasa mengikat perhatian: apa asal alam itu? Apa yang menjadi sebab penghabisan dari segala yang ada?  
     Untuk mencari sebab yang penghabisan itu ia tidak mempergunakan takhayul atau kepercayaan atau kepercayaan umum di waktu itu, melainkan dipergunakannya akal. Dengan berdasarkan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari dijadikanlah pikirannya untuk menyusun bangun alam. Sbagai orang pesisir dapat ia melihat setiap hari, betapa air laut menjadi sumber hidup. Dan Mesir dilihatnya dengan mata kepalanya, betapa nasib rakyat disana bergantung pada sungai Nil. Air sungai Nil itulah yang menyuburkan tanah sepanjang alirannya, sehingga dapat didiami oleh manusia. Jika tidak ada sungai Nil itu yang melimpahkan airnya sewaktu-waktu ke darat, negeri Mesir kembali menjadi padang pasir. Sebagai seorang saudagar pelayan Thales melihat pula kemegahan air laut, yang menjadikan ia takjub, sewaktu-waktu air laut menggulung dan menghanyutkan. Ia memusnahkan dan menghidupkan. Disini dihapuskannya segala yang hidup. Tetapi bibit dan buah kayu-kayuan yang ditumbangakannya itu dihanyutkannya dan dihantarkannya ke pantai tanah lain. Bibit dan buah itu tunbuh disana dan menjadi tanaman hidup.
    Demikianlah laut menyebarkan bibt seluruh dunia, yang menjadi dasr penghidupan. Semuanya itu terpikir oleh Thales. Air yang tidak berkeputusan itu dilihatnya dalam pelayaran, pengaruh besar atas pikiran dan pandangannya tentang alam.
    “semuanya itu air!” katanya. Dalam perkataan itu tersimpul, dengan disengaja atau tidak. Suatu pandangan yang dalam, yaitu bahwa semuanya itu satu.
      Pada masa itu, selagi dunia penuh dengan takhyul, dan kepercayaan yang ajaib-ajaib, buah pikiran yang mengatakan bahwa yang lahir itu tidak banyak melainkan satu, tidak dangkal maknanya. Pikirannya itu membuka mata tentang bangun alam dan menyingkapkan selimut yang selama ini menutupi kalbu manusia. Benar atau tidaknya pandangan itu, tidak menjadi dalil disini. Yang dinyatakan Cuma kelanjutan pikirannya, yang memerdekakan akal dari belenggu takhyul dan dongeng.
     Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi, tetapi juga akhir darisegala yang ada yang jadi itu. Diawal air diujung air. Air sebab penghabisan! Asal air pulang ke air. Air yang satu itu bingkai dan pula isi. Atau denan kata lain, filosofi air adalah substar (bingkai) dan substansi (isi) kedua-duanya.
                                                                                                                                                 2  
     Dalam pandangan Thales masih animism. Animism adalah kepercayaan, bahwa bukan saja barang yang hidup mempunyai jiwa,tetapi juga benda mati. Kepercayaannya kesana dikuatkan oleh pengalaman pula. Besi berani dan batu api yang digosok sampai panas menarik barang yang dekat dengannya. Ini pandanganya sebagai mempunyai kodrat tanda berjiwa.
     Sekianlah tentang filosufi Yunani yang pertama itu. Pandangan pikirannya menyatukan semua pada air!. Air asal dan akhir.1
      Ditengah-tengah khurafat dan takhyul yang dipercayai kebanyakan orang pada jamannya ia berhasil menebak dengan tepat gerhana-matahari yang terjadi pada masanya. Mungkin dia pernah menyaksikan atau mendengar cerita gerhana yang terjadi sebelum itu, yaitu gerhana yang terjadi pada tahun 603 SM, dan dia telah mengatahui pula sedikt ilmu peredaran bintang, bahwa setiap 223 bulan atau 18 tahun dan 11 hari tentu terjadi gerhana serupa, sehingga ia berhasil menebak dengan tepat gerhana matahari yang tentu telah terjadi pada tanggal 28 Mei 585 SM. Perbuatan ini menyebabkan kemasyhuran dia. Selain sebagai seorang ahli ilmu-falak, yang sering dilukiskan dalam karikatur, sebagai seorang yang saking sibuknya dalam memperhatikan bintang-bintang, tatkala menengadah ke langit dengan secara seorang professor absent-mended ia terperosok jatuh ke dalam sumur, dia adalah mahir dalam ilmu ukur. Dia pernah pergi ke Mesir dan menyaksikan pyramid. Disana dia berhasil mengajar orang Mesir bagaimana dia dapat mengukur tingginya pyramid dengan mengukur bayangannya yang terjadi akibat sinar matahari. Dia konon dapat menentukan jarak kapal yang kelihatan dari pantai dari dua tempat yang berlainan. Banyak dongeng-dongeng dalam cerita rakyat Greek, yang menunjukan keistimewaan manusia Thales.
     Thales disebut-sebut sebabgai bapak filsafat Yunani, sebab dialah filosuf yang pertama. Namun ajaran filsafatnya tidak pernah ditulisnya sendiri, hanya disampaikan dari mulut ke mulut melalui murid-muridnya. Baru kemudian datang Aristoteles untuk menulskannya.     
   
1.        Mohammad Hatta, alam pikiran Yuani, penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta, 1986, hal.8.        
                                                                                                                 





                                                                                                                                            





2.      ANAXIMANDROS (610-547 SM)
Anaximandros adalah salah satu dari murid Thales. Ia lebih muda 15 tahun dari Thales, tapi meninggal dua tahun lebih dari Thales. Anazimandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi.
     Sebagai filosof ia lebih besar dari gurunya. Oleh karena itu meskipun ia murid Thales, namun mempunyai prinsip dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah dari jenis benda alam sepeti air sebagaimana yang dikatakan gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron.
     Apeiron adalah zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan apapun. Segala yang kelhatan itu, yang dapat ditentukan rupannya dengan pancaindera kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga. Sebab itu barang asal, yang tiada berhingga dan tiada berkeputusan, mustahil salah satu dari barang yang berakhir itu. Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Dimana bermula yang dingin, disna berakhir yang panas. Yang cair dibatasi oleh yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan.
     Segala yang tampak terasa, segala yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindera kita, semuanya itu mempunyai akhir. Ia timbul (jadi), hidup, mati, dan lenyap. Segala yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu dalam keadaan berpisah dari yang satu pada yang lain. Yang cair menjadi beku dan sebaliknya. Semuanya itu terjadi dari ada apeiron dan kembali pula pada apeiron.
    Demikianlah kesimpulan hukum dunia menurut pandangan Anaximandros! Distu tampak kelebihannya daripada gurunya. Selagi Thales berpendapat bahwa barang yang asal itu salah satu dari yang lahir, yang tampak, yang berhingga juga, Anazimandros meletakannya diluar alam yang membeikan sifat yang tiada berhingga padanya dengan tiada dapat diserupai.
    Meskipun teori asal tentang asal kejadian alam tidak begitu jelas, namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas. Dia tidak mengenal ajaran islam atau Kristen, bahwa dunia semula tidak ada lantas diciptakan menjadi ada dan nanti akan kembali menjadi tidak ada dengan cara Kun Fayakun, tidak pula ia mengenal kepercayaan India yany beranggapan bahwa ada Tuhan yanh bertugas mencipta, ada yang bertugas memelihara, dan ada yang bertugas merusk. Baginya, alam adalah belantara keabadian dimana dunia kita juga berada, tidak ada penciptaan dan tidak ada pemusnahan, yang ada hanya gerak, evolusi, dan perkembangan abadi, dan dunia yang ada adalah salah astu perwujudannya dalam perinciannya, teorinya menjemukan tapi pada garis besarnya ia memakai metode ilmiah.
                                                                                                                                                 
Menurut dia, manusia yang ada sekarangpun adalah hasil dari evolusi dan pekembangan. Segala mahluk hidup berasal dari proses  penguapan air samudera oleh matahari. Manusia, sebagaimana binatang, berasal dari ikan. Anaximandros sangat terpesona oleh pemandangan ikan, anjing laut, dan dia menganggap bahwa merekalah mata rantai yang berada antara jenis ikan dan jenis binatang. Manusia tentu berasal dari binatang lain karena waktu perawatannya pada waktu kanak-kanak memakan waktu yang panjang, sedangkan jenis binatang lainnya begitu dilahirkan telah dapat memperoleh makanannya sendiri, maka dia telah tidak dapat bertahan hidup sebagaimana manusia yang ada kini.
3.      ANAXIMENES (585-494 SM) 
Anaximenes adalah seorang murid Anaximandros ia adalah filosuf alam terakhir dari Miletos. Sesudah ia meninggal dunia kemajuan filosuf alam berakhir dikota tersebut. Banyak ahli fikir dari kota tersebut sebab kota Miletos pada tahun 494 SM diserang dan ditaklukan oleh bangsa Persia. Dengan kepergian para ahli pikir itu, maka kebesaran kota Miletos sebagai pusat pengajaran filosufi alam lenyap.
Dalam pandangan tentang asal, Anaximenes turun kembali ke tingkat yang sama dengan Thales. Kedua-duanya berpendapat, yang asal itu mestilah salah satu dariyang ada dan yang kelihatan. Thales mengatakan air asal dan kesudahannya dari segala-galanya. Anaximenes mengatakan udara. Udara yang memalut dunia ini, mejadi sebab segala yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup. Pikirannya kesana barangkali terpengruh oleh ajaran Anaximandros, bahwa: “jiwa itu serupa dengan udara”.
Anaximenes mengemukakan suatu soal baru yang belum didapat pada Thales dan Anaximandros. Ketiga-tiganya berpendapat, bahwa ada yang asal yang menjadi pkok segalanya. Tetapi Anaximenes maju selangkah lagi dengan brtanya: “gerakan apakah yang menjadi sebab terjadinya alam yang lahir yang banyak ragam dan macamnya dari barang yang asal satu itu?”.
Sebagai ahli ilmu alam Anaximenes mencari jawabannya dengan memperhatikan pengalaman. Semuanya terjadi dari udara. Kalau udara diam saja sudah tentu sudah terjadi yang lahir itu dengan berbagai macam dan ragam. Sebab itu gerak udaralah yang menjadi sebab jadinya. Udara bias jarang dan padat. Kalau udara menjadi jarang, terjadilah api. Kalau udara berkumpul menjadi rapat, terjadilah angin dan awan. Bertambah padat sedikit lagi, turun hujan dari awan itu. Dari air terjadilah tanah. Dan tnah yang sangat padat menjadi batu.
Disini caranya mengupas soal menunjukan derajat pikiran yang lebih tinggi. Tetapi dalam pahamnya tentang bangun alam ia terbelakang dari Anaximandros. Menurut pendapatnya dunia ini datar seperti meja bundar, dan dibawahnya ditopang oleh udara.
                                                                                                                                           
Udara yang mengangkatnya itu tidak punya ruang untuk bergerak dan bersebar, sebab itu tetapi dudknya. Dan oleh karena itu bumi ini tetap pada tempatnya.
Menurut dia ruh adalah udara, api juga udara-udara dalam keadaan memuai, jika dipadatkan, maka udara mula-mula menjadi air, kemudian jika dipadatkan lagi menjadi tanah dan akhirnya menjadi batu.
Dibanding dengan pemikiran orang sebelumnya, pemikiran dia adalah reaksioner. Dia mengkiaskan dengan diri kita: “sebagaiman jiwa kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu.
Disini pertama kali pengertian jiwa masuk ke dalam pandangan filosufi. Hanya Anaximenes tidak melanjutkan pemikirannya kepada soal penghidupan jiwa. Soal ini terletak diluar garis filosufi alam, yang mencari sebab penghabisan dari ala mini. Soal jiwa yang mengenai alam kecil, perasaan manusia yang hidup dalam pergaulan, baru kemudian jadi masalah yang penting bagi filosufi. Baru Aristoteles memulai mengupasnya. Dengan itu dihidupkan cabang ilmu baru, yang kemudian diberi nama psikologi.
Anaximenes yang mencari asal alam, belum memperhatikan benar soal jiwa dalam penghidupan masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam perhubungan alam besar saja. Jiwa itu menyusun tubuh manusia jadi satu dan menjaga supaya tubuh itu jangan gugur dan bercerai-berai. Kalau jiwa itu keluar dari badan, matilah badan itu dan bagian-bagiannya mulai bercerai berai. Juga alam besar ada karena udara. Udaralah yang jadi dasar hidupnya. Kalau tak ada udara, gugurlah semuanya itu. Makro-cosmos (alam) dan mikro-cosmos (manusia) pada dasarnya satu rupa.
Menurut pendapat Anaximenes udara itu benda, materi. Tetapi sungguh pun dasar hidup dipandangnya sebagai benda, ia membedakan pula yang hidup dengan yang mati. Badan mati, karena menghembuskan jiwa keluar. Yang mati tidak berjiwa. Dalam hal ini berbeda pendiriannya dengan Thales, yang menyangka bahwa benda mati itu juga berjiwa. Anaximenes terlepas dari pandangan animism.
Anaximenes mengemukakan suatu soal yang baru, yang belum didapat pada Thales dan Anaximandros. Ketiga-tiganya berpendapat, bahwa ada yang asal yang menjadi pokok segalanya. Tetepi Anaximenes maju selangkah lagi dengan bertanya: “gerkan apakah yang menjadi sebab terjadinya alam yang lahi yang banyak ragam dan macamnya dari barang asal yang satu itu?”.
Sebagai ahli ilmu alam, Anaximenes mencari jawabannya dengan memperhatikan pengalaman. Semua terjadi dari udara. Kalau udara diam saja, sudah tentu tidak terjadi lahir itu dengan berbagai macam dan ragam.
                                                                                                                                            
Sebab itu gerak udaralah yang menjadi sebab jadinya. Udara bias jarang dan padat. Kalau udara menjadi jarang, terjadilah api. Kalau udara menjadi rapat, terjadilah angin dan terjadilah awan. Bertambah padat sedikit lagi,turun hujan dari awan itu. Dari air terjadilah tanah, dan tanah yang sangat padat menjadi batu.
Disini caranya mengupas soal menunjukan derajat pikiran yang lebih tinggi. Tetapi dalam paham tentang bangun alam ia terbelakang dari Anaximandros. Menurut pendapatnya bumi ini datar seperti meja bundar, dan dibawahnya di topang oleh udara. Udara yang mengangkatnya itu tidak mempunyai ruang untuk bergerak dan bersebar sebab itu tempat duduknya. Dan oleh sebab itu bumi ini tetap pada tenpatnya.2
Menurut dia ruh adalah udara, api juga udara-udara dalam keadaan memuai, jika di padatkan, maka udara mula-mula menjadi air, kemudian jika dipadatkan lagi menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu.
Disbanding dengan pemikiran orang sebelumnya, pemikiran dia adalah reaksioner. Dia mengkiaskan dunia dengan diri kita: sebagaimana ruh dan jiwa kita terdiri dari udara yang mengelilingi kita, begitu juga nafas dan udara mengepung dunia keseluruhannya. Menurut dia, seolah-olah bumi ini juga bernafas. Dia beranggapan bahwa bumi berbentuk datar dan terapung diatas udara dari segala penjuru seperti daun kering yang sedang beterbangan. Benda-benda yanga ada dilangit juga terpung didalam udara. Ia belum mengenal barang bulat seperti buah apel atau jeruk, dia beranggapan seperti orang-orang di zamannya bahwa bumi adalah datar sebagai cakaram atau meja bundar, dan berpendapat bahwa langit melinunginya sebagai caping atau topi.
Disamping itu ia juga merupakan filosuf yang pertama kali memperbincangkan jiwa dalam pandangan filsafat. Hanya aja Anaximenes tidak melanjutkan pikirannya kepada soal penghidupan jiwa. Memang soal ini diluar garis filosufi alam.  
                      




2.      Mohammad Hatta, alam pikiran Yunani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 1986. Hal. 14.


                                                                                                                                 
4.      PYTHAGORAS (580-500 SM)
     Masih disekitar negeri Yunani tepatnya di kepulauan Samos terdapat ahli piker yang terkenal yaitu Pythagoras. Dari alam pikiran orang Miletos ke kepuluan Samos seolah-olah kita harus meninggalkan dunia kebendaan (this material world) ke dunia khayal dan cipta (the world mind).
     Menurut umurnya ia sepangkat dengan Xenophanes. Oleh karena tempat lahirnya itu diperintah oleh seorang tiran, sang-perkosa yang buas bernama Polykrates, ia berangkat dari situ dan pergi mengembara ke seluruh dunia Greek. Akhirnya ia sampai disebelah selatan penanjung Italia dimana orang Greek berangsur-angsur mencari tempat kediaman. Pada tahun 530 S.M. ia menetap dikota Kroton.
    Dikota itu didirikannya sebuah perkumpulan agama, yang disebut-sebut orang kaum Pythagoras. Perkumpulan itu menjadi sebuah tarikat. Mereka itu diam dengan menyisihkan diri dari masyarakat, dan hidup selalu dengan amal ibadat. Menurut berbagai keterangan, Pythagoras terpengaruh oleh aliran mistikyang berkembang diwaktu itu dalam alam Yunani, yang bernama Orfisime.
    Ujung tarekat Pythagoras adalah mendidik kebatinan dengan mensucikan ruh. Pythagoras percaya akan kepindahan jiwa dari mahluk yang sekarang kepada mahluk yang akan datang. Apabila seseorang meninggal, jiwanya kembali kedunia, masuk dalam badan salah satu hewan. Menurut suatu cerita, yang maksudnya barangkali mau menyindir, Pythagoras pada sustu hari sedang berjalan-jalan. Tampak olehnya seseorang sedang memukul anjing, sehingga anjing itu menerit-jerit. Lalu ia berkata: “Hai sanak, jangan dipukul anjing itu, didalamnya ada jiwa seorang sahabatku, terdengar olehku dari jeritannya”.
     Menurut kepercayaan Pythagoras manusia itu aslinya Tuhan. Jiwa itu penjelmaan dari Tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa. Dan ia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu. Hidup murni adalah jalan untuk menghapuakan dosanya itu. Tetapi prosesnya tidak tercapai sekaligus, melainkan berangsur-angsur. Sebab jiwa itu berulang-ulang turun ke tubuh mahluk dahulu. Degan jalan begitu dari setingkat- ke setingkat ia mencapai kemurnian. Untuk mencapai hidup murni, haruslah orang mematangkan makan daging dan kacang. Menurut kepercataan itu Pythagoras menjadi penganjur vegetarisme, memakan sayur-sayuran dan buah-buahan saja.
     Tetapi tak cukup orang hidup dengan membersihkan jasmani saja. Juga hidup rohani teristimewa harus diperhatikan. Manusia harus berzikir senantiasa untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Menurut kenyakinan kaum Pythagoras setiap waktu orang harus menanggung jawab dalam hatinya tentang perbuatan sehari-hari. Sebelum ia tidur malam, hendaknya diperiksanya dalam hatinya segala perbuatan hari itu.   
        Ia harus menanyai dirinya: apa kekuranganku hari ini? Larangan mana yang kulanggar? Periksa peristiwa itu sehabis-habisnya. Jika ada engkau berbuat salah, hendaklah engkau rindu. Jika baik segala perbuatanmu, hendaklah engkau gembira!.
     Hidup didunia ini menurut Pythagoras adalah persediaan buat akhirat. Sebab itu semula dari sini dikerjakan hidup untuk hari kemudian. Berlagu dengan music adalah juga sebuah jalan untuk membersihkan ruh. Dalam penghidupan kaum Pythagoras music itu dimuliakan.
    Peraturan dalam hidup tarikat itu sangat keras. Tiap-tiap orang yang akan diterima menjadi anggotanya, hendaklah berdiam diri lebih dahulu, tidak berkata-kata lima tahun lamanya. Apabila ia tahan menanggung percobaa itu, barulah ia diakui sebagai kawan. Tiap-tiap hari ditentukan benar pembagian kerja antara amal amal pikiran dan gerak badan.
    Pythagoras sendiri tidak ada meninggalkan ajaran yang tetulis. Apa yang keluar dari mulutnya sendiri susah memisahkannya dari yang ditambahkan murid-muridnya. Pelajaran guru dan murid sudah menjadi suatu kepercayaan. Sebab itu orang tak dapat mengatakan semua itu ajaran Pythagoras. Harus dikatakan kaum Pythagoras. Orang hanya itu tahu, bahwa Pythagoras besar pengaruhnya. Oleh pengikutnya ia dipandang sebagai Dewa. Apa yang dikatakannya mesti benar. Kalau ada yang mengatakan, bahwa ia tidak benar, mereka menjawab dengan mudah: “Ya, Pythagoras juga mengatakan begitu”. Artinya, kalau Pythagoras yang mengatakan, sudah mesti benar.
    Selain dari ahli mistik, Pythagoras tersebut juga sabagai ahli pikir. Terutama dalam ilmu matematik dan ilmu berhitung kesohor namanya. Banyak pengertian yang dalam-dalam berasal dari dia. Dialah yang mula-mula sekali sekali mengemukakan teori dari hal angka-anka yang menjadi dasar ilmu berhitung. Dan karena dialah orang mendapat keinsafan bahwa berhitung itu bukan saja kecakapan menghitung seperti yang dikerjakan sehari-hari. Orang yang belajar matematik kenal akan segi tiga Pythagoras.
    Falsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Ia beranggapan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah angka. Benda dari benda lain dibatasi angka, kita menentukan segala sesuatu dengan bilangan. Batas, bentuk, dan angka dalam pengertian Pythagoras adalah sesuatu yang sama. Segala sesuatu dalam alam raya tidak tertentu, baru setelah memiliki batas bentuk dan angka ia menjadi tentu dan pasti. Dunia angka adalah dunia kepastian, dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk. Ilmu angka dan ilmu bentuk adalah satu-satunya ilmu pasti (pure mathematics).
     Kebenaran (a + b)2 = a2 + 2ab + b2 adalah pasti, demikian pula benarnya dalil segi tiga lurus tadi. Segi tiga yang memiliki sisi 3,4,5 adalah segi tiga tegak lurus, kuadrat 3 ditambah kuadrat 4 sama dengan kuadrat 5. Dunia ilmu pasti adalah dunia kesempurnaan.
                                                                                                                                 





                                                     

                                                                                                                                          
                                                       KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, yang tidak beranak dan diperanakan, yang selalu terjaga, yang tidak pernah mengalami kepunahan. Yang memberikan berbagai  kenikmatan terhadap kita, sehingga dengan kenikmatan tersebut saya bisa menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam juga senantiasa kami limpahkan kepada jujungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Yang mana beliau telah membawa perubahan zaman, dari zaman kebodohan ahlak sampai kepada zaman modernisasi seperti sekarang ini. Semoga safaatnya selalu tercurahkan kepada kita semua dari mulai dunia sampai akherat nanti, amin ya robbal alamin.
   Dengan demikian saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada siapapun yang membacanya, karena makalah yang saya susun ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran yang sifatnya membangun akan selalu saya nantikan, untuk kesempurnaan pembuat makalah berikutnya.
   Saya juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semuanya yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama dosen pembimbing filsafat ilmu, semoga segala apa yang diperbuat mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua..  Amin. 




                                                                             Indramayu, 20 januari 2010
                                                                                               Ttd
                                                                                        C a r k a s a n


                                                                           
              


kumpulan makalah carkasan FAI UNWIR

Komentar

Postingan Populer